Drone DJI Phantom 4 : Penggunaan dalam Survei Mitigasi Bencana

Hello Geo Fellas, Kembali lagi di blog muchsinboss saya akan berbagi pengalaman survey di bidang geografi. Setelah sebelumnya saya telah menceritakan pengalaman survei spectrometer dalam kajian pertanian, kali ini saya akan berbagai pengalaman mengenai survei mitigasi bencana menggunakan drone. Okeoke langsung saja kita mulai, cekidotsss.

Seperti yang kita ketahui bahwa pada “zaman now” ini mulai banyak bermunculan pesawat tanpa awak berukuran kecil yang bisa disebut drone. Drone-drone komersil banyak yang dijual di pasaran dengan berbagai jenis dan spesifikasi. Salah satu jenis drone yang banyak terdapat dipasaran adalah drone jenis multicopter yaitu DJI Phanthom. Drone jenis ini banyak digunakan untuk berbagai keperluan terutama dibidang fotografi dan vidiografi. Penggunaan Drone yang paling terkenal di Indonesia tentunya hasil rekaman drone pada acara TV bertema wisata alam My Trip My Adventure (MTMA). Kemampuan drone untuk memberikan pandangan dari udara membuat drone banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi menganai penggunaan drone dalam survei mitigasi bencana.

Survey kali ini dilaksanakan di Kabupaten Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Di survey ini juga merupakan kali pertama saya menginjakan kaki di Pulau Sulawesi. Dilihat dari segi bencana Morowali utara banyak memiliki potensi bencara seperti longsor dan banjir dan abrasi. Hal ini juga banyak dipengaruhi oleh kondisi bentanglahan yang terdiri dari perbukitan denudasional sehingga potensi gerak massa batuan cukup tinggi. Bencana banjir juga sering terjadi di Morowali Utara terutama lembah perbukitan dan permukiman di dekat muara sungai terutama saat puncak musim hujan. Drone pada survey ini digunakan untuk memotret lokasi bencana dari udara secara condong. Hasil dari foto drone digunakan untuk membantu deskripsi survei lapangan mitigasi bencana.
Gambar 1
Ngainul Malawani (2017)
Pada gambar 1 diatas terlihat titik yang sebelumnya pernah terjadinya banjir luapan air sungai. Desa yang terdampak dari sungai ini cukup luas meliputi Desa Pandauke, Desa Momo, Desa Girimulya, Desa Tananagoya dan Desa Tanasumpu. Ketinggian banjir mencapai 0,5 meter. Sungai yang meluap bertipe intermitten yaitu sungai yang kering pada musim kemarau dan debit tinggi pada puncak musim penghujan. Akibar dari bencana banjir dari sungai ini banyak kebun rusak terendam dan areal persawahan menjadi gagal panen. Foto udara condong dari DJI Phanthom 4 dapat memberikan gambaran yang lebih luas menganai terjadinya banjir yang akan sulit didapatkan dengan foto konvensional tanpa menggunakan drone.
Gambar 2
Ngainul Malawani (2017)
Gambar 2 diatas adalah lokasi terjadinya abrasi yaitu Desa Uweajo. Ketinggian air pasang mencapai 0,3-0,5 meter. Pada tahun 2017 sudah dibuat tanggul pemecah gelombang dari batu namun lokasinya terlalu menjorok ke darat sehingga malah dapat membuat pantai menjadi mati (suplai matrial berkurang). Foto udara condong dari drone dapat menunjukan lokasi tanggul dan desa sehingga dapat mengevaluasi kegiatan mitigasi bencana yang telah dilakukan. Rekomendasi dari survey ini adalah meindahkan pemecah gelombang agar lebih menjorok ke arah laut sehingga perannya lebih effisien dalam memecah gelombang dan tidak mengakibatkan terhentinya suplai matrial pasir pantai.
Gambar 3
Ngainul Malawani (2017)
Desa Uweajo juga terletak dekat dengan muara Sungai Solato. Pada tahun 2007 terjadi bencana banjir dan air pasang secara bersamaan sehingga menelan korban hingga +-10 orang. Gambar 3 merupakan foto condong dari sisi lain desa ini yang masih diambil pada lokasi yang sama. Dari foto drone ini terlihat bahwa Desa Uweajo memiliki 2 potensi bencana yaitu abrasi ditamah dengan banjir rob dan juga potensi banjir luapan sungai selato. Lokasi yang kurang strategis ini juga memberikan opsi bahwa desa ini apabila memungkinkan dapat dipindahkan ke lokasi lain. Meski hal tersebut cukup sulit dilakukan karena memerlukan dana yang tidak sedikit dan kesediaan dari seluruh warga desa.

Foto-foto diatas menunjukan bahwa drone dapat digunakan untuk membantu survey mitigasi bencana dengan memanfaatkan foto condong. Drone dapat memberikan dimensi baru survei lapangan dibandingkan dengan survei konvensional. Pada kajian bencana lain yang lebih kuantitatif drone juga banyak digunakan untuk mengambil foto udara tegak yang kemudian digambungkan untuk menjadi mosaik foto udara sehingga dapat di ambil informasi geometrik seperti luasan area terdampak banjir.

Nah Geo Fellas sekian cerita saya mengenai pengalaman survei menggunakan drone DJI Phanthom. Semoga dapat memberikan pengetahuan lain tentang survei geografi di bidang kebencanaan. Sampai jumpa lagi di cerita lapangan selanjutnya, salam geografi jaya jaya jaya !


Comments

Post a Comment

Popular Posts